My book are like grayeards. Quiet and silent.

SINI, SAYA KENALIN ANAK KETIGA SAYA :')))

on
Wednesday, January 8, 2014
Sini merapat, saya bisikin, ini masih kabar yang belum pasti tapi semoga kepastian segera memastikannya. Gosipnya, minggu depan novel X (kenangan yang berpulang) turun cetak. Bulan depan ada di toko buku. Saya pikir ini akan jadi novel ke-4 karena ada novel lainnya yang jadwalnya lebih dulu terbit.

Namun apalah daya, manusia merencanakan, Allah yang menentukan. Naskah yang saya perkirakan akan terbit lebih dulu justru terganjal di masalah revisi. Sementara naskah yang saya pikir akan jadi novel keempat, justru (sepertinya) jadi novel ketiga saya karena jadwal yang dimajukan. Yah, saya sebenarnya agak sedih karena rencana saya gagal. Tapi ya sudahlah, apa yang harus disedihkan ketika novelmu akan terbit kan?

Perkenalkan ini anak saya yang ketiga...


Ini masih desain kasar, bisa jadi ada perubahan-perubahan kecil ketika diterbitkan. Silakan meng-klik untuk memperbesar

"X" adalah anak yang kandung selama saya galau jobseeker. Anak ini bikin saya galau ga jelas, sempat writer's block karena adegan-adegan di novel ini. Tapi dia adalah anak yang pintar. Dia adalah anak saya yang paling cepat disunting penerbit. Biasanya anak saya masih perlu disapih 2-3tahun masa penolakan penerbit-penerbit mayor. Mama bangga nak sama kamu, lekas lahir dan menghadapi dunia dengan tegar yah.

Mama sayang kamu *kecup.

#puk-pukLaptop

RASA TAKUT YANG TIDAK PERLU

on
Friday, December 27, 2013
Tuhan, hilangkan segala rasa takut di hati saya.
Rasa takut hanya layak saya tujukan untuk-Mu, kan?
Maka, saya mohon, hapuskan semua rasa takut yang tidak perlu.
Enyahkan rasa takut yang tidak tertuju kepasa-Mu.

NOVEL “MAYA MAIA” MEJENG DI RAK NEW RELEASE!!!

on
Wednesday, August 28, 2013
Kemarin pulang kerja by angkot, cape banget, terima sms dari Mas Fatah. Mas Fatah ini kakak tingkat saya di HI dan dia juga penulis buku traveling, TRAVELIOUS LOMBOK dan TRAVELOVE. Dias ms:

Eciyeee… Maya Maia udah nongol di Togamas Petra :D

Mata saya langsung melotot. Saya minta fotoin sebagai bukti. Cacang!!!! Ini dia hasil jepretan Mas Fatah. Uuuu silauuu #pingsanCantik


ngomong-ngomong sampai detik ini saya masih belum melihat #MayaMaia dengan mata kepala sendiri. Tragisss... #lebai



MENGAWALI NOVEL DENGAN PROLOG

on
Thursday, November 3, 2011

Kemarin ada yang mengeluh bahwa mengawali cerita dalam novel itu susah. Saya menyarankan agar awal cerita dimulai dengan sesuatu yang menggebrak. Karena saya ga punya palu suka gebrakan berada di klimaks maka saya biasanya membuat prolog dengan "potongan adegan yang menarik perhatian plus sedikit misteri".

Di bawah ini adalah contoh prolog novel saya yang berjudul MA(Y/i)A. Novel ini masih dalam masa penilaian penerbit. Jadi belum diterbitkan. Tapi gapapalah saya pamerkan sedikit untuk contoh.

PROLOG

            Nisan berjejer. Hujan mulai menetes. Satu. Dua. Tiga. Ia menghitung dalam hati. Tidak ada angin. Tidak ada udara dingin. Jakarta sering menurunkan hujan di tengah cuaca panas, tak peduli semenyengat apa matahari. Hujan hanya mampir berlalu di sini, angin menerbangkan sisa hujan ke tempat lain.
            Maka ia berkeras menemukan nisan di antara puluhan nisan di sana.
            TJIANG MEI MEI.
            Itu dia makam ibunya.
            Bukan. Dia bukan keturunan Tionghoa. Ia pemuda asli keturunan Jawa dengan kulit coklat dan mata lebar. Ia berhenti membayar pajak tanah makam Ibunya dan tiba-tiba saja ada mayat baru di atas tubuh ibunya. Sederhana saja.
            Tjiang Mei Mei, lo beruntung banget ditanem sini. Deket sama Nyokap gue. Tiap gue bawa kembang, lo gue kasih. Tiap gue kirim doa, lo kecipratan juga.
             Pemuda itu menggerutu dalam hati. Namun itu permintaan Ibunya untuk tidak menghabiskan uang pada sesuatu yang tidak bermakna. Kenangan tetap selalu tersisa, benda tak lebih hanya kail pemicu. Selama kenangan itu ada, rasa itu masih tetap membekas.
            Perkataan Ibunya benar. Waktu sepuluh tahun tidak membuatnya melupa.
            Ia membersihkan tanah makam dari rumput-rumput liar kemudian membuka plastik berisi kembang mawar, melati, dan kenanga yang dibelinya di depan pintu makam. Berdoa sebentar dan menyebarkan bunga tersebut ke atas tanah makam. Sebelum beranjak pergi, ia membayar sejumlah uang ke penjaga makam. Hanya untuk meyakinkan makam ibunya – dan juga Tjiang Mei Mei, pastinya – selalu terawat.
            Ketika ia sampai ke mobil pick up dengan cat terkelupas sana-sini, ponsel yang ditinggalkannya di dashboard mobil berbunyi nyaring. Bu Lik-nya di kampung menelpon. Baik sekali, kalau tidak bisa disebut sial sekali.
            “Le? Piye kabarmu?”
            “Baik, Bu Lik,”
            “Wes enthuk jodoh?”
            Ah…, dia mengerang dalam hati.
            “Wis gedhe kok ga kawin-kawin. Mau jadi apa kamu, Le? Perjaka tua?”
            Ia menghitung usia. Dua puluh delapan tahun. Dia sungguh sudah tidak bisa dibilang muda lagi. Untuk itu ia hanya bungkam tanpa perlawanan. Bu Lik-nya pasti sudah mengisi amunisi penuh untuk serangannya kali ini.
            “Le, kamu inget sama Maia? Itu lho anaknya Lek Sri yang lagi nyari kerja. Dia mau ke Jakarta. Kamu kasih dia kerjaan di tempatmu. Sekalian nanti Bu Lik jodohkan kamu sama dia, ya? Anaknya baik, cantik, pinter ngurus rumah, cocok wes sama kamu.”
            “Manusia bukan?”
            “Kuntilanak!” Bu Lik-nya mulai geram. “Ya, manusia lah, Le! Kamu iku pancet ae!! Ga berubah! Nggegetno!”
             Ia memutar mata dan membalas dengan malas-malas. “Inggih. Terserah Bu Lik wes,”
            Ia mematikan ponsel dan menyalakan rokok. Nikotin adalah obat yang mampu melemahkan ruwet kinerja otaknya. Sambil menghembuskan asap rokok, ia memandang keluar jendela mobil. Seorang laki-laki berdiri di seberang jalan, menatapnya. Laki-laki di seberang jalan itu seketika berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa.
            “Jo! Jojo!“ lelaki itu memanggil namanya.
            Ia acuh, menyalakan mesin mobil, dan bertingkah seakan tidak mendengar apapun.
Dari kaca spion ia melihat laki-laki itu masih berdiri di tempatnya ketika mobilnya melaju. 
Ayahnya.


Terdapat beberapa pertimbangan ketika menuliskan prolog di atas, yakni: 


Pertama, Saya menggunakan setting tempat yang menarik, makam ibu sang tokoh utama. Mendeskripsikan sisi menariknya dan setting suasana.


Kedua, saya jelaskan karakter sang Tokoh Utama dengan detail gerak tubuh dan cara ia berpikir. Saya lebih suka menjelaskan tokoh dengan cara demikian ketimbang narasi. Sebab saya tidak suka "menghakimi" tokoh. Saya membiarkan pembaca menilai sendiri sifat tokoh-tokoh dalam novel saya. Misalnya dalam tokoh Jojo di atas, saya menulis di draft bahwa karakternya: cuek, suka seenaknya sendiri, menyebalkan, peduli dengan keluarga, memiliki beban, suka merokok, dan memiliki masalah dengan ayahnya. Nah, daripada saya menarasikan hal-hal tersebut, dengan menulisnya terang-terangan, saya lebih suka membuai pembaca dengan adegan-adegan.


Ketiga, saya berusaha menciptakan suasana yang membuat pembaca berpikir Ini kenapa Jojo kok ninggal Ayahnya gitu aja?. Nah untuk itu saya harap pembaca mau membuka halaman-halaman selanjutnya dan menemukan jawabannya sendiri.


Salam HITZ,
yes yes yes yes yes... If you love me say yes yes yes yes yes...
Ngomong-ngomong kapan ya, tetangga kamar kosan saya berenti nyanyiin lagu itu? *nanya sambil kebawa nyanyiannya* *hadeh*

"UBUR UBUR KABUR" KABUR KE TANGAN...

on
Friday, July 29, 2011
Kemarin saya memaksa teman KKN saya yang mukanya nyebelin banget, Rissa Reshot namanya, buat nemenin saya ke toko buku TOGAMAS Sidoarjo. Kalau ngomong, bibir anak itu akan melakukan gerakan-gerakan yang nyebelin yang bikin semua orang gemes pengen gunting mulutnya.

Jadi saat ini kan saya sedang mengadakan giveaway di SINI dan akan berakhir hari ini juga. Masalahnya adalah dua novel yang akan saya hadiahkan kepada dua orang yang beruntung tertinggal di kosan saya di Surabaya sementara saya masih akan KKN di Sidoarjo hingga tanggal 10 Agustus nanti. Maka saya memutuskan untuk berbelanja buku saya sendiri di Togamas Sidoarjo sekalian jalan-jalan.

Begitu sampai di toko buku, seperti biasa, saya selalu was-was seandainya buku saya nggak ada. Dan ternyata setelah mencari-cari…
buku saya…
buku saya…
buku saya…
beneran ga ada!
Gak ada beneran…
*antiklimaks*

Biasanya kalau sudah begitu, saya akan langsung pulang. Sambil berpura-pura tidak ada sesuatu yang terjadi. Yep, saya emang gitu, cuek. Bahkan dulu, waktu pertama kali terbit, saya ga repot-repot bolak balik toko buku dan mengecek distribusi novel saya. Malah teman-teman saya yang laporan ini-itu. Saya harusnya langsung balik kontrakan tapi kali ini ada Rissa yang memaksa saya untuk tanya ke mbak-mbak penjaga TOGAMAS.

foto kiriman teman saya, Lalu Abdul fatah, ketika UUK nangkring di rak New Arrival
Saya (S) : mbak, mau tanya, novel berjudul… um…
Rissa (R) : (nusuk-nusuk saya dari belakang)
S : Ubur ubur kabur, ada ?
Mbak penjaga Togamas (MPT) : bentar ya, saya cek… (tipikal penjaga toko TOGAMAS yang selalu ramah ke pengunjung, walaupun pengunjungnya punya tampang gembel seksi macam saya)
R : (ketawa cacing)
S : (disko cacing)
MPT : ga ada, mbak… lagi kosong… (sambil tersenyum lebar)
S : maksud mbak… ga jual, gitu?
MPT : habis…
S : (ngeyel) habisnya itu… dibalikin ke penerbit, dimasukin gudang, apa habis terjual, mbak?
MPT : habis terjual. ini sedang nunggu kiriman lagi dari penerbitnya.
S : khukhukhukhu... moahahaha...
MPT : (meraba telepon, bersiap menelpon Sumber Porong)
Saya ga bisa ngempet ketawa lagi. Berasa hampir mustahil ada yang beli novel saya. Seinget saya (waktu otak saya masih normal belum menceng kemana-mana kaya sekarang) dulu pas nulis aja ga ada yang mau baca biarpun gratis. Eh, ini malah ada yang beli!

R : (bisik-bisik) itu mbaknya cuma mau nyenengin hati kamu aja kali!
Ya, seperti biasa… temen sirik pantatnya burik… :3

Dan tibalah saya pada jam 3 dini hari ini. Merasa galau menjelang detik-detik pengocokan siapa yang beruntung mendapatkan dua novel Ubur Ubur Kabur beserta Tanda tangan penulisnya. Sebelum mengocok saya berulang kali berdoa :
Bismillahirohmannirohim… Ya Allah, semoga yang mendapatkan giveaway ini bahagia dengan giveaway saya. Semoga mereka yang mendapatkan novel ini adalah mereka yang terbaik bagi mereka maupun saya. Semoga melalui giveaway ini, mereka akan lebih baik setelah ini dan saya juga demikian. Amin. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Segala-galanya.
Berasa terlalu berat kan doa di atas untuk hal remeh macam ini? Haha, gimana lagi… kalau lihat pesertanya yang sejumlah 17 orang. Itu artinya saya sudah mengobral harapan kepada mereka ber-17 sementara hanya 2 yang akan mendapatkan giveaway ini. Saya takut mereka yang ga dapat, akan mengutuk saya jadi orang gila yang mana saya ga takut soalnya saya sudah gila banget. Sebenarnya saya pengen kasih mereka satu-satu novel saya, tapi… mungkin setelah pembagian itu saya pastinya bakal bangun rumah kerdus di rel kereta api Surabaya. -__-“

Dan entah ya… ternyata yang hasil kocokan saya malah jatuh ke dua orang yang sama sekali tidak saya kenal di dunia nyata. Yakni:


Selamat Ulfa dan Vheyta. Kalian berhak menerima masing-masing sebuah novel berjudul UBUR UBUR KABUR beserta tanda tangan penulisnya. Ditunggu alamat lengkap dan nomor handphone kalian di email saya: annesya.devania@gmail.com

Anyway, bagi kalian yang belum beruntung. Saya berada di pihak kalian, saya juga sedih karena ga bisa kasih kalian satu persatu novel saya secara gretongan. Saya merasa masih belum mampu meresikokan diri saya untuk tinggal di rumah kardus di pinggiran rel kereta api. *dramatis*

But one for sure, tidak perlu bersedih kok… novel ini masih bertebaran di toko-toko buku terdekat di kota Anda! *ngiklan* Kalau saya boleh menyarankan, belilah di TOGAMAS karena di sana harga buku UBUR UBUR KABUR akan lebih murah 5000 sampai 7000. *ngiklan lagi*

Kalau novel saya tidak tersedia di toko buku, kalian bisa memesannya langsung dari penerbitnya. Klik SINI.

Eh dan kebetulan Sheila (penerbit yang menerbitkan novel saya) juga lagi ngadain giveaway, klik sini juga untuk meramaikan acara ini: http://kabarbuku.blogspot.com/2011/07/giveaway-gretongan-novel-dan-mug-cantik.html

Tapi kalau ingin mendapat novel ini dengan tanda tangan saya maka bisa langsung menghubungi saya via-email (annesya.devania@gmail.com).


Selamat beraktivitas,